ARTIKEL
Mencegah Komplikasi Paska Aborsi
Sekarang Anda telah melakukan aborsi, suatu
tindakan yang patut disesali. Lalu, bagaimana kalau timbul komplikasi
dari tindakan ini? Apakah Anda siap dan mengetahui secara jelas
segala komplikasi yang mungkin timbul dari tindakan pengakhiran
hidup janin Anda?
Komplikasi
paska aborsi mengintai Anda yang:
- Melakukan aborsi pada kehamilan lanjut;
- Tidak dalam keadaan sehat saat menjalani aborsi.
- Bingung akan pilihan melakukan aborsi, tetapi karena tekanan
dan stress berkelanjutan dan tak mau memperpanjang masalah,
akhirnya melakukan aborsi.
- Punya kasus penyakit kelamin (gonorea/kencing nanah atau
infeksi jamur vagina: klamidia).
- Tidak diberikan anestesi sama sekali saat tindakan aborsi
dilakukan.
- Rahimnya tidak benar-benar bersih dari sisa-sisa janin yang
digugurkan.
- Penolong aborsinya lalai, tidak mengecek dengan seksama
hasil keluaran rahim, karena ada kemungkinan kehamilan Anda
adalah kehamilan ektopik/molar (biasanya dikenal dengan kehamilan
anggur), dan sisa-sisa janin yang tertinggal adalah pangkal
komplikasi yang berbahaya.
- Mempunyai rhesus negatif. Untuk hal ini, Anda perlu mendapatkan
suntikan khusus guna mencegah timbulnya komplikasi.
- Tidak menjalani pemeriksaan lanjutan setelah 24 jam menjalani
aborsi.
Aborsi seringkali
mendatangkan maut. Adanya kasus kematian paska aborsi juga perlu
diwaspadai. Umumnya, kasus-kasus ini dikarenakan:
- Faktor umur dari wanita yang hendak melakukan aborsi, disamping
juga prosedur aborsi yang dipilih dan umur dari janin dalam
kandungan.
- Faktor kesehatan si wanita. Terkadang, si wanita tidak mengetahui
adanya kelainan kesehatan yang diidapnya.
- Faktor komplikasi karena anestesi yang digunakan saat aborsi
yang menyebabkan terjadinya emboli dalam paru-paru.
- Faktor kesalahan penggunaan obat-obatan. Penggunaan Sulprostone
(yang mengandung prostaglandin) yang berlebihan dapat menimbulkan
serangan jantung.
Jika Anda baru saja melakukan
aborsi dan memiliki tanda-tanda berikut ini, Anda perlu segera
menemui tenaga medis terdekat, karena mungkin saja komplikasi
paska aborsi mengintai Anda:
- Demam.
- Menggigil.
- Sakit sekitar perut, kram atau sakit punggung.
- Perut yang terasa lunak saat ditekan.
- Pendarahan yang berlebihan, bahkan menjurus mengalir deras.
- Pengeluaran vagina yang berbau busuk.
- Mengalami penundaan hingga 6 minggu atau lebih untuk mendapatkan
siklus menstruasi kembali.
Komplikasi-komplikasi jangka
pendek lain yang mungkin Anda hadapi adalah:
- Infeksi. Ini dikarenakan ketidaktahuan si wanita akan penyakit
yang mungkin diidapnya. Jika si wanita mengidap gonorea, klamidia,
atau cervicitis, kemungkinan terkena infeksi paska aborsi
adalah sangat besar. Tanda-tanda adanya infeksi antara lain
kram perut, demam, pendarahan, dan ketidak-nyamanan disekitar
panggul. Jika tanda-tanda ini nyata sekali, Anda harus segera
mencari pertolongan. Jika diperkirakan adanya sisa-sisa kehamilan
yang masih tertinggal, Anda memerlukan pertolongan medis lanjutan.
- Pembekuan darah dalam kandungan. Komplikasi ini biasanya
terdeteksi setelah 5 hari aborsi dilakukan. Tanda-tanda komplikasi
ini adalah kram dan sakit yang tak kunjung habis. Dengan melakukan
pemeriksaan rongga panggul, diketahui bahwa rahim dalam keadaan
membesar, tegang tetapi lunak, tanpa disertai pendarahan.
- Aborsi yang tidak tuntas. Hal ini mungkin saja terjadi,
meskipun aborsi dilakukan di rumah sakit ternama. Dengan evaluasi
yang hati-hati setelah aborsi dilakukan, si wanita akan mendapat
jawaban atas kesempurnaan aborsinya.
- Aborsi yang gagal. Ada kemungkinan, aborsi yang Anda jalani
gagal. Ini ditandai dengan terus berlangsungnya kehamilan.
Jika ini terjadi, penangan medis yang hati-hati dan kejujuran
Anda dituntut, sehingga cacat yang mungkin timbul karena percobaan
aborsi dapat dihindari.
- Trauma rahim. Karena adanya perobekan rahim dan leher rahim,
rahim mengalami trauma. Tergantung dari keseriusannya, penanganan
komplikasi ini dapat hanya berupa observasi hingga operasi
pengangkatan seluruh rahim. Hal ini banyak terjadi pada aborsi
dengan umur janin yang tua.
- Pendarahan. Apapun jenis aborsi yang dijalani, pendarahan
yang tidak normal sering terjadi. Komplikasi ini berakhir
dengan pelaksanaan kuret pada rahim, terkadang, si wanita
memerlukan transfusi darah pengganti darah yang hilang.
(Disarikan
dari situs Oxygen)
|