ARTIKEL
Wanita-wanita
yang Terbunuh karena Aborsi
MENINGGAL: Michelle Madden, umur 18 tahun
Michelle Madden, 18, seorang mahasiswi, baru
saja mengikuti kuliah tahun pertama saat ia dinyatakan hamil.
Michelle memutuskan untuk melakukan aborsi setelah dokter yang
menanganinya mengatakan bahwa obat epilepsi (sakit ayan) yang
diminumnya kemungkinan akan membuat bayinya cacat. Dokter kandungan
Evans melakukan tindakan aborsi di Family Planning Medical Centre
of Mobile, di negara bagian Alabama, Amerika Serikat. Tiga hari
setelah aborsi dilakukan, Michelle pingsan dan harus dilarikan
ke rumah sakit. Lewat pemeriksaan menyeluruh, dokter menemukan
tulang kaki, dua potongan tengkorak bayi dan beberapa potongan
plasenta di rahim Michelle. Ia meninggal setelah dirawat 3 hari
di rumah sakit karena infeksi darah yang merupakan akibat dari
aborsi yang dilakukannya. Orang tua Michelle membawa Dokter
Evans ke pengadilan dengan tuduhan malpraktek. Juri memenangkan
kasus ini dan memberikan US$ 10 juta kepada orangtua Michelle
sebagai pengganti anaknya.
(dari koran The Mobile Press Register, 6/6/1991 dan 19/6/1991)
MENINGGAL:
Mary Pena, usia 43 tahun
Mary
Pena, usia 43 tahun, ibu dari 5 orang anak, meninggal setelah
ia melakukan aborsi saat kandungannya memasuki trisemester kedua.
Ia meninggal di Rumah Sakit San Vicente, Los Angeles, Amerika
Serikat, di bulan Desember 1984. Saat Mary mengalami pendarahan
hebat paska aborsi, dokter bedah memutuskan untuk mengangkat
kandungannya. Setelah operasi kedua dilakukan, Mary masih mengalami
pendarahan dan akhirnya mengalami shock. Dokter bedah tak mampu
untuk menghentikan pendarahanyang terjadi, Mary meninggal di
atas meja operasi.
Menurut hasil otopsi, Mary meninggal karena rahim yang koyak
sebagai akibat dari aborsi yang dijalaninya. Dokter otopsi mengatakan
rahim Mary disayat sebegitu lebarnya, padahal di rahim itu terjadi
pendarahan. Dokter bedah telah memotong hampir 2 kilo daging
Mary. Tubuh bayi perempuan Mary yang berusia 22 minggu dengan
kepala telah terpotong, juga ditemukan di dalam rahim Mary.
(Laporan Los Angeles County Coroner no. 84-16016 ; sumber: Feminists
for Life)
Banyak wanita
yang cedera atau pun terbunuh karena aborsi, lebih banyak dari
yang Anda sadari. Mereka yang mengalaminya, termasuk juga keluarga
mereka, telah memenangkan kasusnya di pengadilan. Jika Anda
atau seseorang yang Anda kenal mendapatkan cedera atau terbunuh
saat aborsi, Anda harus mencari bantuan hukum segera. Jangan
biarkan kasus ini menguap.
Berikut ini adalah beberapa potongan kejadian nyata yang diambil
dari buku 'Lime 5: The Abortion Industry on Trial' karangan
Mark Crutcher, setebal 318 halaman yang menguak lebar industri
aborsi di Amerika Serikat. Dalam buku itu dipaparkan kejadian-kejadian
yang dialami para wanita yang melakukan aborsi - ada yang diperkosa,
dilecehkan, terluka bahkan terbunuh..
Halaman 91 dari Lime 5: Pelecehan seksual di New York dilaporkan
oleh beberapa pasien aborsi seorang dokter (disamarkan sebagai
John Roe 80). Dokter Roe 80 menyuntikkan cairan tertentu yang
membuat si pasien merasa grogi, lalu melakukan hubungan intim
dengan si pasien sebelum ia melakukan tindakan aborsi. Seorang
pasiennya mengatakan, setelah disuntik, ia tak dapat melakukan
apapun, ia tetap sadar dan hanya mampu menangis sambil berujar
berulang kali, "Apa yang sedang Anda lakukan?"
Halaman 25 dari Lime 5: Kematian Margaret. Pada 2 Juni 1989,
Margaret melakukan tindakan aborsi yang ditangani seorang dokter
(disamarkan sebagai John Roe 295). Setelah selesai, Margaret
merasa sakit perut dan terjadi pendarahan. Ia lalu melaporkan
keadaannya kepada dokter, tetapi tidak disarankan untuk melakukan
pengobatan lanjut. Dua hari kemudian, Margaret mencari bantuan
medis lain atas inisiatifnya sendiri. Tenaga medis itu menemukan
potongan janin dan rahim yang koyak. Margaret lalu menjalani
kuretasi yang dilanjutkan dengan pengangkatan seluruh kandungannya
karena infeksi telah menyebar. Sayangnya, apapun yang dilakukan
terhadap Margaret telah terlambat. Akibat komplikasi tindakan
aborsi, ia meninggalkan suami dan anaknya yang baru berumur
1 tahun.
Halaman 28 dari Lime 5: Kematian Shary. Pada 15 Januari 1982
di Dallas, Texas, Shary yang berumur 34 tahun melakukan aborsi
dengan bantuan seorang dokter (disamarkan sebagai John Roe 368).
Saat tindakan dilakukan, ia mengalami robekan rahim sepanjang
1 inci dan mulai mendapat pendarahan hebat. Ia meninggal sehari
kemudian. Klinik tempat ia melakukan aborsi tercatat sebagai
anggota dari Federasi Aborsi Nasional (National Abortion Federation)
Halaman 34 dari Lime 5: Kematian Magdalena. Pada 8 Desember
1994, Magdalena yang berumur 23 tahun melakukan aborsi yang
dibantu seorang dokter (disamarkan sebagai John Roe 209). Saat
tindakan dilakukan, si dokter sadar kalau ia sudah melakukan
kesalahan - ia mendapat kesulitan mengeluarkan janin dari rahim
Magdalena, ia pun telah salah mengeluarkan bagian dari bokong
Magdalena. Karena terjadi pendarahan yang hebat, Roe 209 menelepon
sebuah rumah sakit dan disarankan untuk memanggil ambulans untuk
membawa si pasien ke rumah sakit. Ada kesenjangan 30 menit antara
Roe 209 menelepon rumah sakit dan menelepon ambulans, karena
Roe 209 terlebih dahulu melakukan tindakan aborsi terhadap pasien
lain. Saat tiba di rumah sakit, petugas yang menerima Magdalena
melihat ia berbaring dalam kolam darah, tanpa detak jantung.
Magdalena tidak sadarkan diri, tidak memberikan respon dan matanya
redup. Saat operasi dilakukan, ditemukan bergumpal-gumpal darah
dalam rahimnya, juga janin perempuan berusia 30 minggu. Magdalena
tidak dapat melewati operasinya. Ia meninggal dengan catatan:
"komplikasi dari perlukaan panggul yang terdiri dari koyaknya
rahim bawah, vagina, saluran kemih dan usus besar."
Halaman 36 dari Lime 5: Perlukaan akibat aborsi yang dialami
Cheryl. Saat melakukan aborsi, Cheryl yang berumur 22 tahun
mengalami robekan di rahim selebar 3 1/2 inci dan di usus besar
selebar 1 inci. Sehari setelah aborsi, ia dimasukan ke rumah
sakit untuk pemeriksaan lanjutan. Petugas rumah sakit menemukan
kalau kepala bayinya telah dipaksakan keluar lewat saluran kemihnya
ke rongga perut. Ia akhirnya menjalani operasi pengangkatan
rahim, pengangkatan sebagian usus besar dan memerlukan 6 unit
darah ditambahkan ke dalam tubuhnya.
Buku 'Lime 5' ditulis berdasarkan pengumpulan data-data pengadilan,
catatan polisi, artikel di surat-surat kabar, sertifikat kematian,
hasil-hasil otopsi, laporan hasil pemeriksaan medis, jurnal-jurnal
kedokteran, serta informasi dari yang bersangkutan. Buku ini
benar-benar menguak tanpa sensor sedikit pun tentang kejahatan
industri aborsi di Amerika. Saat Anda membaca Lime 5, Anda juga
akan membaca bukti-bukti yang menunjukkan adanya campur tangan
pemerintah Amerika Serikat untuk menutupi fakta-fakta kejahatan
aborsi. Buku ini menunjukkan bagaimana hal ini terjadi, mengapa
hal ini dilakukan dan siapa-siapa saja pelakunya.
Lime 5 juga menunjukkan bagaimana organisasi-organisasi yang
pro-aborsi menyusun agenda kerja mereka dengan memberikan dukungan
kepada pelaksana aborsi meski mereka mengetahui bahaya yang
mengincar para wanita yang ingin melakukan tindak aborsi. Setelah
Anda membaca Lime 5, Anda akan menyadari betapa sukarnya bagi
seorang wanita memperoleh keadilan setelah mengalami cedera
dalam tindakan aborsi.
(terjemahan
bebas dari situs Pro-Life Amerika Serikat)
|